Waspada ! Menjelang Lebaran Mudik Ke Pulau Bawean Penuh Perjuangan
Mahasiswa STIT Raden Santri Bawean Mantan Perantau Bawean di Malaysia
Sudah menjadi rutinitas tahunan menjelang bulan Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri masyarakat pulau Bawean yang berada di perantauan pulang kembali ke kampung halamannya, rutinitas ini dianggap penting karena Hari Raya Idul Fitri merupakan kemenangan yang harus di rayakan bersama keluarga tercinta.
Namun pulang kampung dimasa masa ini tidak semudah yang dibayangkan, ratusan bahkan ribuan perantau akan berjibaku memadati sekitar pelabuhan kota Gresik dengan satu tujuan yang sama yaitu ingin segera sampai ke pulau tercintanya, saya harus berlomba lomba dengan yang lainnya untuk bisa mendapatkan penginapan dan tiket kapal, ini berkah bagi pemilik penginapan, namun bagi saya ini sebuah perjuangan yang harus dilalui dengan sedikit penderitaan.
Perjuangan ini akan sedikit lebih mudah jika saya mempersiapkannya jauh jauh hari sebelum kepulangan, sebulan sebelumnya saya harus sudah memesan tiket dan penginapan, jika tidak melakukan ini bersiaplah siaplah, kesulitan akan menghadang, saya harus rela tidak mendapatkan kamar dan tidur diemperan emperan dengan penuh sesak dan udara Gresik yang panas.
Belum lagi dengan masalah tiket kapal, selain sulitnya mendapatkannya biasanya moment seperti ini dimanfaatkan para calo untuk mengeruk keuntungan yang sebesar besarnya, ditangan para calo ini saya harus membeli harga tiket lebih mahal 2x lipat dari harga biasanya, bahkan bisa lebih.
Setelah kesulitan kesulitan itu saya lalui, 1 lagi masalah yang akan saya hadapi, sesak manusia menuju kapal akan saya rasakan ketika berada dipelabuhan Gresik, Karena budaya antri tidak berlaku disini, mereka sama ingin cepat sampai ke kapal. Setelah itu berdesak-desakan akan kembali saya rasakan ketika berada diatas kapal, sesak penuh manusia dengan barang bawaan yang menggunung. 3 jam harus menahan betah dengan suasana seperti ini, belum lagi ditambah gelombang laut yang akan mengguncang perut. Jika tidak biasa dengan gelombang laut yang mengguncang, persiapkan kresek hitam untuk menampung muntah.
5 menit sebelum kapal menyandar puluhan orang dengan rompi oranye sudah menanti kapal, tanpa sabar menunggu kapal bersandar mereka mulai meloncat naik keatas deck kapal, mereka ikut berdesakan dengan penumpang sambil menawarkan diri mengangkut barang bawaan. Setelah dapat keluar dari kapal, maka perasaan legapun muncul, rasa syukur bisa sampai ke tanah kelahiran kembali adalah Anugerah terindah setelah beratnya perjuangan yang dilalui.
Walau sebesar apapun perjuangan itu tidaklah seberapa dibandingkan rasa gembiranya hati dalam menantikan pertemuan yang begitu lama bersama sanak keluarga.