Beritabawean.com – Pada permulaan abad ke XVI (kira-kira tahun 1501 Masehi) datanglah ke pulau bawean seorang bernama Maulana Umar Mas’ud ( nama asalnya adalah pangeran perigi). Beliau adalah cucu Sunan Drajat ( Sayyid Zainal ‘Alim) yaitu anak yang kedua dari susuhunan mojoagung ( putera Sayyid Zainal ‘Alim yang tertua).
Beliaulah yang sangat berjasa menyebarkan Islam di pulau Bawean, sampai saat ini penduduk pulau Bawean 100 persen Islam, namun pada awal penyebarannya sempat terkendala penguasa pulau Bawean sebelumnya yang menganut paham animisme, raja Babileono, namun berkat kegigihan beliau akhirnya raja Babilieono berhasil di taklukkannya dengan adu kesaktian.
Setelah Maulana Umar Mas’ud mengambil alih pemerintahan di pulau Bawean dari raja Babileono, mulai tahun 1601 sampai kepada pemerintahan Raden Pandji Prabunegoro tahun 1747-1789 pulau Bawean masih berdiri sendiri. Baru pada masa pemerintahan Raden Pandji Tjokrokusumo tahun 1789-1836, yaitu pada tahun 1808 amtener Belanda dengan pangkat Reffact masuk ke pulau Bawean.
Adapun penguasa-penguasa di pulau bawean dari tahun 1601 sampai tahun 1789 adalah sebagai berikut :
1. Syeikh Maulana Umar Mas’ud ( Maulana Siddik) 1601 – 1630
2. Raden Achmad Ilyas-Pangeran Agung 1630 – 1661
3. Pangeran Adipati Tjokronegoro 1661 – 1690
4. Pangeran Notonegoro 1690 – 1719
5. Pangeran Tjokroningrat 1719 – 1720
6. Pangeran Purbonegoro 1720 – 1747
7. Raden Pandji Prabunegoro-Raden Tumenggung Pandji Tjokrokusumo 1747-1789
Source: Pulau Bawean Sekilas Pintas, R. Abdurrachman Badruddin