Pernahkah bunda merasa..
Kenapa ya anak saya sulit sekali disuruh melakukan sesuatu. Selalu harus diulang berkali kali dan dengan nada tinggi pula.
Bikin emosi jiwa aja..
Kalau akhirnya si anak mau ngerjakan yg kita suruh, eh ternyata ngasal aja..atau sambil cemberut melulu wajahnya. Kan males ngeliat pemandangan begitu terus.. Serasa kita sebagai orang tua tidak berhasil mendidik anak seperti yang kita inginkan. Kessel juga sih akhirnya.
Kenapa juga ya tambah besar kok anak anak rasanya tambah bandel, nakal, gak nurut sama orang tua. Apa karena salah pengasuhan ataukah salah didikan?
Eits, tunggu dulu bun..
Jangan jangan bukan anak kita yg bandel (walaupun sebenernya memang gak ada anak yang bandel), tp kitanya sebagai org tua yg entah karena khilaf atau keterbatasan pengetahuan dan sebagainya, saat ini sedang menggunakan gaya pengasuhan remote control.
Gaya pengasuhan remote control erat kaitannya dg cara kita berkomunikasi. Dalam hal ini orang tua sebagai pihak utama penentu keputusan, memerintahkan dari jauh dan hasil yg diharapkan harus segera terlaksana tanpa tapi persis saat kita ingin sebuah channel utk berganti. Tak ada toleransi keterlambatan, kalau channel tidak segera berganti maka kita akan pencet tombol lebih keras dan kalau perlu kita pukul dan ketok ketok sekalian remotenya. Benarkah demikian bunda?
Berkomunikasi dg anak menggunakan gaya remote control ini rentan sekali menimbulkan komunikasi yang tidak efektif lho bun..
Padahal komunikasi yg efektif itu adalah salah satu sarana penting untuk mengaktifkan \” bluetooth parenting\” (parent child connectedness) antara anak dan orang tua.
Komunikasi dapat dikatakan efektif bila pesan tidak hanya dpt tersampaikan dari pengirim dan penerima, tetapi juga baik pengirim maupun penerima memiliki pengertian yg sama terhadap pesan tersebut.
Nah, sekarang misal ya bun..
Kita mau bangunin anak di pagi hari. Tentu saja sebagai org tua kita punya niat yg baik akan hal ini kan.. Kita ingin anak kita tidak terlambat sholat subuh, tidak terlambat sekolah dsb.
Tapi terkadang cara kita membangunkannya dengan cara berteriak teriak dari dapur sembari nyiapin sarapan. Misalnya \” Dek, ayo bangoooon subuhnya dah mau habeees.\” 10 menit kemudian masih blm ada jawaban, \” Dek cepetan bangooon, ayo wudhu sekalian mandi pagi biar tidak telat sekolah.\” Posisi kita masih saja di dapur dan anak kita masih di kamar belum juga membuka mata. Lama kelamaan, karena tidak ada perubahan kita jalan ke kamar sang anak sambil dada naik turun karena mangkel.
\” Setiaaap pagi selaluu kayak gini, dibangunin susah! Mau jadi apa kamu!!!\”
Lalu anak bangun dengan kaget, ketap ketip tidak paham dan mangkel sambil berkata dalam hati \” Cerewet banget ibuku ini!\”
Well bunda2 sholihah..
Yuk kita mundur pelan pelan, kita move on ke cara yang lebih baik dan lebih halus.
Membangunkan anak di pagi hari dengan cara seperti itu baik atau tidak?
Baik donk !! Niatnya biar anak tidak telat subuhan dan sekolah.
Tapi, apakah pesan baik dalam niat tersebut sampai ke anak?
..tidak!
Yang ada justru anak menganggap ibunya jahat dan cerewet.. Dan si anak bangunnya pun karena takut sama ibu dan malas dengar ocehannya bukan karena kesadarannya untuk beranjak shalat sebelum waktunya habis.
.
Nah, saat itu terjadilah komunikasi yang tidak efektif yang perlahan lahan akan menonaktifkan parent child connectedness yang ada.
Pengasuhan dengan gaya ini akan rentan sekali dengan 3 dampak negatif antara ibu dan anak
1. Salah paham
Karena kita berkomunikasi dari jarak jauh dan waktu terbatas, maka kecil kemungkinan kita mendapat lebih banyak penjelasan dari lawan bicara kita, hingga akhirnya terjadilah salah paham tsb.
2. Niat baik tidak tersampaikan
Maksud hati kita sebagai orang tua sayang sama anak, supaya badannya wangi, atau supaya perut tidak lapar, atau supaya jadi anak pintar. Tapi pesan pesan tersebut seringkali tidak sampai pada anak dan yang sampai justru adalah, ibu tidak asyik, ibu cerewet, ibu jahat dan lebih parahnya lagi jika si anak beranggapan ibu tidak sayang sama kita lagi.
3. Merenggangkan hubungan
Saat mode remote control sedang ON, maka saat itu mode mesin yang sebenarnya bekerja. Sedikit bahkan tidak ada celah untuk bisa saling memahami, berdiskusi, menolak, bersepakat seperti layaknya manusia. Akibatnya, kita akan menganggap lawan bicara sebagai pihak yang tidak pengertian, pihak yang tidak berada di pihak yg sama dengan kita dan tentu saja hal ini akan merenggangkan hubungan yg ada.
Saat telah terjadi kerenggangan hubungan anak dan orang tua. Kecil sekali kemungkinan anak akan nurut apa kata orang tua. Justru yang ada sebaliknya, anak akan membantah orang tua.
Lalu bagaimana gaya pengasuhan yang tidak seperti remote control itu??
Tentu saja kebalikannya bunda….
Kita tidak bertindak sebagai atasan pemberi perintah tapi lebih sebagai teman diskusi. Bicara tidak berteriak, mendekat tidak dari jauh, memahami tidak memaksakan kehendak.
Kalau perlu, kita terapkan pula prinsip- prinsip komunikasi yang efektif seperti:
1.Kontak mata dan posisi sejajar
Kenal sama Kate Middleton kan bun? Kalau kita lihat lihat ya beberapa kali foto foto dia ngobrol dengan putra putrinya pasti dia dalam posisi berdiri di atas lutut agar tingginya bisa sejajar dengan anak anaknyanya.
Posisi seperti ini, memandang langsung ke arah mata putra putri kita memungkinkan kita untuk bisa lebih memahami isi pikiran dan hati mereka. Bahkan yang awalnya mau ngomel ngomel rasanya batal begitu lihat tatapan mata anak yang polos itu.
Coba sesekali kita bertukar peran dengan anak anak bun..atau sama suami deh kalau gengsi sama anak. Posisikan kita sebagai orang yang bertubuh lebih kecil sedang duduk, lalu suami/anak berdiri. Bagaimana rasanya bun, melihat seseorang yang lebih besar dan berkuasa di depan kita?
2. Berikan pilihan
Kalau sedang memberi instruksi ke anak, alangkah baiknya tidak dalam satu pilihan tapi dua atau lebih…Dan mereka sendiri yang memilih. Ini akan membuat mereka lebih konsisten, karena pilihan mereka sendiri. Anak2 kita itu tahu malu kok bun, mereka akan malu kalau tidak menepati kata kata mereka sendiri.
3. Berikan Dia penjelasan
Berikan penjelasan dengan singkat tapi berisi, mengapa mereka harus melakukan ini dan itu agar sampai maksud baik kita sebagai org tua.
Seorang ahli psikologi anak, Bunda Sayidah Aulia Ul Haque, M.Psi. Psikolog menyarankan 3 hal untuk dilakukan supaya kita bisa jauh jauh dari gaya pengasuhan remote control… bunda shalihah sekalian, bisa coba untuk :
A. Sediakan waktu lebih
Sediakan waktu lebih saat kita ingin menyampaikan sesuatu atau bahkan agar anak melakukan sesuatu.
Ingin anak bangun pagi, bangunlah 30 menit lebih pagi dari jadwal anak bangun pagi. Agar bunda bisa duduk duduk di sebelahnya, mijit mijit kakinya, cium cium badannya, elus elus kepalanya, bahkan bikinin teh anget mungkin. Percayalah, anak anak akan bangun dengan segera, fresh, senyum dan hati senang. Jgn bangunkan anak anak dengan terburu buru ya bun, yang ada anak malah cemberut.
B. Sediakan tenaga lebih
Sediakan tenaga lebih untuk bergerak mendekati anak anak. Jangan sampaikan maksudmu dari jauh seperti remote control. Sediakan tenaga lebih untuk menatapnya lebih lama, mendengar alasan alasannyanya dari sudut pandang dia sehingga tidak ada yang salah paham dan tersakiti
C. Sediakan hati yang lebih luas
Bunda,,, channel tv aja kalau ditekan tombolnya kadang tidak mau langsung pindah channel apalagi manusia ya. Maka luaskan hati kita untuk lebih memaklumi.. mungkin saja anak masih capek, jadi tidak mau langsung ganti baju, mungkin mainnya masih seru dan lain sebagainya..
Jadi coba kita pandang dari sudut pandang/kepentingan mereka juga jangan kepentingan org dewasa saja. Anak anak biasanya sukanya bermain maka orang tua harus lebih memahami dan menyediakan hati yang kebih luas terhadap anak.
Semoga ikhtiar ini dapat menjauhkan kita menjadi orang tua remote control yg pasti tidak asyik banget di mata anak anak ya bunda…. Amiin