Mengapa Banyak Yang Menikah Di Bulan Syawal?

Ilustrasi

Beritabawean.com – Bulan Syawal menjadi salah satu bulan pilihan bagi masyarakat pulau Bawean untuk melangsungkan pernikahan, puluhan pasang calon pengantin sudah terdaftar di KUA Sangkapura untuk melaksanakan pernikahan di bulan ini. namun pernahkan anda bertanya kenapa masyarakat pulau Bawean banyak yang memilih bulan ini?

Banyak masyarakat pulau Bawean yang masih mempercayai adanya hari baik dan bulan baik demikian juga sebaliknya hari sial dan bulan sial, demikian juga dalam menentukan waktu pernikahan biasanya keluarga pengantin jauh jauh hari sudah mencari cari waktu dengan mendatangi mereka yang dianggap mengerti tentang perhitungan hari baik,  hal ini dilakukan agar terhindar dari berbagai bencana yang kelak akan menimpa mahligai rumah tangga si pengantin.

Padahal pada dasarnya dalam islam tidaklah mengenal adanya hari sial dan bulan sial, semua waktu adalah baik, jadi kapan saja dan bulan apa  saja siapapun boleh menikah, karena pernikahanpun tidak haruslah terikat dengan waktu tertentu.

Jika melihat kepada sejarah zaman Jahiliyah, justru menikah di bulan Syawal sangatlah tidak dianjurkan, karena masyarakat Jahiliyah meyakini jika menikah dan membangun rumah tangga dibulan ini akan ditimpa kesialan. Anggapan ini didasarkan kepada keadaan unta betina pada bulan ini melakukan penolakan terhadap unta jantan yang mendekatinya dengan mengangkat ekornya (Sya-lat Bi Dzanabiha). Namun setelah Islam datang, Rasulullah SAW Justru menikahi Siti Aisyah dibulan Syawal yaitu pada tahun ke-11 kenabian, Nabi juga menikahi istrinya yang lain Saudah Binti Zam\’ah juga di bulan Syawal. sehingga anggapan adanya kesialan bulan ini-pun lenyap di bumi Mekkah.

Aisyah Radiyallahu ‘anhaa  berkata,

“Rasulullah menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal.” (HR.  Muslim).

Ulama\’ kami (Ulama Syafi\’iyyah) dan Imam Nawawi menerangkan bahwa didalam hadist ini terdapat anjuran menikah pada bulan Syawal, dan Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dalam menceritakan hal ini untuk menepis anggapan masyarakat Jahiliyah akan adanya kesialan jika menikah dibulan Syawal. oleh karenanya nama bulan Syawal diambil dari kata al-isyalah dan ar-raf’u (menghilangkan/mengangkat).” (yang bermakna ketidak beruntungan menurut mereka).

Penulis : Mohammad Khalilurrahman
Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *