Ketika terjadi gerhana matahari dan bulan Rasulullah SAW menganjurkan untuk melaksanakan beberapa amalan diantaranya adalah shalat sunnah yang dinamakan dengan shalat sunnah kusuf dan khusuf. Shalah sunnah ini dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah setelah shalat juga disunnahkan melaksanakan khutbah.
Rukun hutbah pada shalat gerhana ini sama dengan hutbah jum\’ah atau shalat Idul Fitri atau Idul Adhah. Hutbahnyapun dianjurkan dilaksanakan dengan singkat sedangkan shalatnya diperlama. Nah jika anda di tunjuk menjadi khatib pada saat gerhana matahari kali berikut text hutbah singkat yang bisa anda gunakan.
Hutbah Singkat Shalat Gerhana Matahari
Hadirin jamaah shalat kusuf yang dirahmati oleh Allah SWT
Alhamdulillah kejadian alam pada hari ini mengingatkan kembali kepada kita akan kebesaran Allah SWT, kemahakuaasaan Allah SWT. Dalam hutbah Gerhana yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW dalam khutbahnya beliau menyampaikan
إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقوا
Artinya : \”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda kekuasaan Allah, tidak mengalami gerhana karena kematian atau karena kelahiran seseorang. Jika kalian melihat peristiwa gerhana, perbanyak berdoa kepada Allah, perbanyak takbir, kerjakan shalat, dan perbanyak sedekah.\” Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim
Pada zaman Rasulullah SAW dimana pada zaman Rasulullah gerhana hanya terjadi sekali saja dan Rasulullah SAW keluar dari rumahnya dalam keadaan rasa takut (Faza’) kepada Allah lalu mengajak sahabat sahabatnya untuk melaksanakan shalat gerhana, sehingga Rasulullah SAW memperpanjang bacaannya, rukuknya dan sujudnya karena ada rasa takut kepada Allah SWT.
Di Indonesia sebelum hadirnya Islam, utamanya masyarakat jawa dan termasuk masyarakat Bawean percaya bahwa gerhana terjadi karena bulan atau matahari di telan oleh raksasa sehingga mereka sembunyi dan membunyikan sesuatu untuk mengusirnya.
Namun dengan pergeseran zaman dengan kemajuan teknologi terjadinya gerhana sudah bisa di prediksi sehingga masyakat menganggap ini adalah fenomena yang biasa dan jauh dari pengagungan dan faza’ (rasa takut kepada Allah ) bahkan mereka menjadikan fenomena ini hanya menjadi tontonan yang tidak mengandung makna sama sekali dan tidak menambah keimanan kepada Allah SWT.
Pengagungan terhadap kemajuan teknologi sebenarnya tidak ada apa apanya jika dibanding dengan ciptaan Allah SWT. Secanggih apapun handphone gengam kita, semahal apapun kita membelinya ketika dihadapkan dengan ciptaan Allah yang berupa telinga dan mata kita maka hal tersebut tidak ada apa apanya. Yang mahal bukan handphone tapi yang mahal itu adalah telinga dan mata kita. Bua tapa handphone mahal dan canggih namun mata kita buta dan telinga kita tuli sungguh itu tidak berfungsi sama sekali.
Contoh lainnya yang terjadi di musim panas yang berkepanjangan kemaren dimana di daerah daerah di Indonesia terjadi banyak kebakaran sehingga pemerintah berusaha untuk membuat hujan buatan untuk memadamkannya, berapa biaya yang dibutuhkan? dalam harian Republika disebutkan Operasi pembuatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Indonesia menghabiskan dana 34 miliar. Padahal hujan dari Allah yang kita nimati beberapa hari ini adalah gratis. Subhanllah..lalu nikmat Allah manakah yang kita dustakan ?
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Semoga kita selalu menjadi hamba hamba yang bersyukur atas segala karunia yang Allah berikan kepada kita, kita jadikan momentum gerhana matahari ini untuk meningkatkan keimanan kita dan menjadi manusia yang selalu bersyukur akan karunianya…aamiin ya rabbal alamin…