Kalau kita ditanya ibadah seperti apa paling berat ? mungkin masing masing kita akan menjawab sesuai dengan ibadah yang paling berat yang pernah kita rasakan, misal ada yang menjawab salat Ada yang menjawab puasa mungkin dan mungkin tidak sedikit Ada yang menjawab Haji dan umrah yang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Kalau kita termasuk orang yang menjawab bahwasanya ibadah yang berat itu salat puasa ataupun Haji dan umrah maka sesungguhnya jawaban itu tidak 100% benar karena sesungguhnya bukan itu yang berat. lalu ibadah apa yang paling berat?
Maka para ulama menjelaskan hal yang paling berat di dalam kita beribadah kepada Allah yaitu bukan terletak di dalam ibadahnya akan tetapi bagaimana menjadikan ibadah kita dapat diterima oleh Allah, itulah yang paling sulit karena Allah tidak menerima kecuali ibadah yang terbaik.
Ketika kita membaca kisah imam Hasan Al bashri salah satu ulama tabiin yang luar biasa yang hidup setelah masa para sahabat. Dikisahkan beliau itu kalau hari kamis sore nampak di wajahnya itu sedih dan Hasan al-bashri itu sering meneteskan air mata.
Salah satu muridnya ada memberanikan diri untuk bertanya “ wahai guru kenapa kami setiap menjumpai engkau di hari kamis sore selalu dalam kondisi bersedih, dalam kondisi nampak ada beban yang begitu berat ?.
Kemudian beliau menjawab “ Sesungguhnya amal setiap anak manusia itu dilaporkan kepada Allah pada hari senin dan kamis dan malaikat membawa buku amalanku selama satu pekan untuk dilaporkan kepada Allah dan saya kuatir jangan-jangan para malaikat berkata kepada Allah tidak ada yang diterima dari amalannya Hasan Al bashri sehingga tidak ada yang dilaporkan dan itulah yang menjadikanku bersedih”
Dari kisah ini Kita paham tidak setiap amal itu dapat diterima oleh Allah. Mungkin ada yang berkata bukankah Allah itu Maha Baik ? Betul Allah Maha baik tetapi jangan lupa Allah juga Maha Adil.
Baca Juga : Bagaimana Hukumnya Dalam Islam Mewarnai Jenggot Merah Atau Warna Lainnya?
Kalau setiap amal ibadah itu langsung diterima oleh Allah justru sifat adilnya Allah itu tidak ada karena Allah nanti menyamakan antara orang yang beribadah bersungguh-sungguh dengan orang yang apa adanya dan alakadarnya dalam beribadah.
Tapi Allah Maha Adil, Allah tidak menerima setiap amal kecuali yang terbaik, Allah membedakan mana yang sungguh-sungguh dalam beramal dan mana yang tidak bersungguh-sungguh di dalam beramal dan beribadah.
Makanya dalam kehidupan para nabi semenjak Nabi yang pertama Nabi Adam Allah sudah memberikan pelajaran bagaimana qobil dan Habil ketika mereka senang sama Iqlima dua-duanya ingin menikahi iqlima sampai kemudian Allah menurunkan wahyu “Yang layak untuk menikahi Iqlima adalah orang yang akan diterima pengorbanannya”
Qabil berkorban, Habil berqorban dan yang diterima adalah pengorbanan Habil karena habil memberikan qorban yang terbaik dari hewan ternaknya sedangkan miliknya qobil ditolak karena memberikan hasil perkebunannya yang sudah busuk.
Sampai disini kita juga mendapati bahwasanya semenjak Nabi yang pertama saja Allah sudah menyampaikan pesan kepada kita bahwa tidak setiap amal itu diterima dan itu merupakan sifat adilnya Allah dalam kehidupan kita. Allah tidak meminta ibadah yang banyak, namun Allah meminta yang terbaik.
Makanya Ali bin Abi Tholib sampai berkata :
“ Jadilah kamu itu orang yang banyak memperhatikan kualitas ibadah karena kualitas ibadah itu lebih penting daripada kuantitas, jumlahnya karena Allah itu menerima yang terbaik”.
Mungkin dari kita ada yang bertanya kenapa Allah tidak menerima setiap amal kecuali yang terbaik?
Kita ambil contoh yang sederhana, setiap anak yang sekolah pasti diakhir ada yang Namanya ujian Nasional, kalau setiap siswa yang mengikuti ujian dipastikan lulus apa yang terjadi pada siswa maka mereka akan enggan untuk belajar.
Baca Juga : Biografi Umar Bin Khattab Singkat Sebelum Dan Sesudah Masuk Islam
Kalau ibunya berkata “ nak belajar nanti ujian “ anaknya akan berkata “ tenang aja ma setiap siswa yang mengikutin ujian tidak anak ceritanya tidak lulus pasti lulus” Akhirnya dia akan meremehkan belajar.
Tapi beda jika ujian menjadi tolak ukur lulus dan tidak lulusnya anak, dan dia mendapati fakta ada kakak kelasnya banyak yang tidak lulus, ada kakak kelasnya yang tidak naik kelas maka anak kita akan banyak belajar. Inilah contoh sederhana kenapa Allah tidak langsung menerima semua amal manusia kecuali yang terbaik.
Oleh karena itu hadirin jangan pernah merasa amal kita sudah cukup apalagi sampai terbawa kepada kesombongan. Imam Ibnu Qayyim mengatakan bahwa tidak ada kesombongan yang paling tercela kecuali kesombongan terhadap ibadah. Orang kalau sombong dengan hartanya masih mending walaupun juga tercela setidaknya harta yang dia sombongkan telah ia nikmati. Mobilnya yang harganya 3 milyar kelihatan, rumah yang harga 2 miliar kelihatan. Tapi kalau orang sombong dengan ibadah tidak pantas karena yang dia sombongkan belum tentu diterima oleh Allah SWT.
Dalam surah Al-Kahfi ayat 103 – 104 Allah berfirman
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا () ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Qul hal nunabbi’ukum bil akhsarina a‘mala () alladzina dholla sa‘yuhum fil hayatid dunya wa hum yahsabuna annahum yuhsinuna shun‘a
Artinya:
“Katakanlah, ‘Apakah ingin Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang perbuatan-perbuatannya paling merugi?’. (Mereka itu) orang yang usahanya sia-sia dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka itu berbuat sebaik-baiknya.”