Beritabawean.com – Ternyata tidak semua bahasa Bawean ketika dibahasa Indonesiakan mempunyai makna yang sama, namun ada bahasa bawean justru kalau di bahasa Indonesiakan akan merubah makna, seperti nama sebuah dusun atau desa.
Menurut pakar tata bahasa Indonesia pulau Bawean, ada sejumlah nama dusun atau desa yang tidak perlu dirubah ke bahasa Indonesia karena akan merubah makna dari bahasa baweannya. Seperti nama Sabe Laok misalnya, makna dalam bahasa Indonesianya \”Sawah sebelah selatan\” namun banyak yang merubah ke bahasa Indonesia menjadi \”Sawah Laut\” artinya \”sawah yang ada dilaut\” maknanya sudah sangat jauh dengan makna asalnya.
\” Mengapa harus dirubah? Tetapkan saja karena akan merubah maknanya\” tulis Adi Albana guru bahasa Indonesia SMP N 1 Sangkapura saat mengomentari penulisan nama sebuah dusun distatus facebook. memang sesuai aturan baku penulisan nama tempat tidak boleh dirubah atau dibahasakan kebahasa lain.
Kebanyakan pengejaan nama yang berkaitan dengan arah utara dan selatan yang banyak berubah makna. utara \”deje\” menjadi \”daya\” artinya kekuatan cotohnya \”Kebbhun Deje\” menjadi \”Kebun Daya\”. begitu juga dengan \”laok\”artinya selatan berubah menjadi \”Laut\” artinya laut atau \”tasek\” dalam bahasa baweannya contohnya \”Dheun Laok\” menjadi \”Daun Laut\”. berbeda dengan barat \”berak\” dan timur \”temor\” penyebutannya dalam bahasa Indonesia sesuai dengan makna asal seperti \”pudakit barat\” orang Bawean menyebutnya \”Pudhekek Berak\” tidak ada pergeseran makna.
Ada juga nama dusun yang tidak berkaitan dengan arah namun ada perubahan makna antara nama bahasa baweannya dengan nama bahasa Indonesianya seperti \”Songai raje\” makna dalam bahasa Indonesia sesuai dengan sejarahnya \” Sungai Raja \” sungai tempat pemandian raja Umar Mas\’ud waktu dulu. namun dalam bahasa Indonesia berubah menjadi \”Sungai Raya \” maknanya \”sungai yang sangat besar\”.