Siti Aisyah merupakan istri Rasulullah yang paling beliau cintai, bagi Rasulullah Aisyah adalah pujaan, ketika ditanya oleh sahabat Amr Ibn Al-Ash tentang siapakah orang yang paling beliau cintai tanpa ragu Rasulullah SAW mengatakan Aisyah !.
Begitu juga dengan siti Aisyah, beliau sangat mencintai Rasulullah, hidupnya terasa sangat bahagia, Rasulullah seringkali mencandainya, bila Siti Asiyah meminum dalam satu bejana Rasulullahpun meminum dalam bejana yang sama persis ditempat bibirnya. Siti Aisyah sering menyisir rambut agung Rasulullah dan masih banyak cerita romantisme keduanya yang patut nenjadi tauladan suami istri saat ini.
Rasulullah sangat memberlakukan istrinya ini sangat istimewa, ini terlihat dari perlakuan Rasulullah kepadanya, perlakuannya ini bukan tanpa alasan, selain usianya yang masih belia dibanding dengan istri istri yang lainnya, siti Aisyah adalah satu satunya istri Rasulullah yang perawan dan anak sahabat Nabi yang setia mendampinginya dalam perjuangan penyebarkan Islam yaitu Abu Bakar Assidiq.
Bahkan Rasulullah memberinya gelar kesayangan kepadanya \”Humayra\”. Ini nisbah kecantikan siti Aisyah yang memiliki kulit putih kemerah merahan layaknya bunga yang selalu membuat beliau terpesona. Tapi bukan berarti Rasulullah tidak mencintai dan tidak berlaku adil terhadap istri istri yang lainnya.
Walaupun beliau seorang Nabi dan Rasul bukan berarti kehidupan rumah tanggga beliau tidak pernah diuji. Seperti saat siti Asiyah dituduh berselingkuh. Kejadian ini bermula saat perang Bani Al Mushthaliq. Siti Asiyah ikut dalam peperangan tersebut menemani baginda Rasulullah. Pulang dari peperangan itu, Rasulullah bersama pasukan yang lainnya bermalam di dekat kota Madinah. Pada malam itu Aisyah keluar untuk menunaikan hajat. Setelah kembali ia menyadari kalung yang sangat berharga baginya hilang entah dimana. Ia mengira kalung tersebut hilang diluar perkemahan lalu cepat cepat ia mencarinya ketempat dimana dirinya membuang hajat.
Baca Juga : 10 Kebiasaan Setiap Hari Rasulullah Yang Harus Di Contoh Umatnya
Pengawal yang ditunjuk mengawal siti Aisyah menganggap beliau sudah sudah berada di sekedup dan segera mengangkatnya ke atas unta. Maklum usia siti Asiyah saat itu masih berumur 15 tahun masih ringan. Setelah Siti Asiyah kembali dari pencarian kalungnya ia tidak melihat seorangpun. Ia panik tidak tau apa yang harus diperbuat. Lalu ia memilih tidur ditempat itu berselimut kerudung panjangnya. Ia berharap dijemput kembali ketika telah diketahui dirinya tidak berada pada sekedup.
Tak berselang lama Shafwan Ibn Al Muaththal Al Sulmi lewat. Ia terlambat dari rombongan. Ia melihat Aisyah berada di situ, Lalu Shafwan mempersilahkan Siti Aisyah menaiki untanya dan ia menuntun unta itu dengan kendalinya. Ia sengaja mempercepat untanya agar bisa menyusul rombongan. Ketika melihat kedunya datang orang orang munafik yang dipimpin oleh Abdullah Bin Ubay Ibn Aalul yang ikut dalam rombongan itu menuduh Siti Aisyah telah bermain serong dengan Shafwan. Dengan cepat kabar iti tersiar keseluruh Madinah dan memekakkan telingan dan membuat hati Baginda Rasulullah teriris hatinya. Ayah Siti Asiyah Abu Bakar shock mendengar kabar ini. Dan Siti Aisyah sendiri ketika mendengar kabar ini terkapar diranjang sakit tanpa bisa berbuat apa apa.
Dan Siti Aisyah melihat perubahan sikap Nabi kepada dirinya. Tak ada senyum sumringah dari wajah Rasulullah dan terlihat tanpak dingin kepadanya. Saat ditanya Rasulullah selalu mengelak dan hanya menanyakan \”Bagaimana Sakitmu ?\” dan mendoakannya semoga cepat diberi kesembuhan.
Hati Siti Aisyah seakan akan terluka melihat dinginnya sikap Rasulullah kepadanya. Lalu ia meminta izin kepada Rasulullah untuk pindah kerumah orang tuanya Abu Bakar dan Rasulullahpun mengizinkannya, lalu pindahlah ia kesana. Kepindahannya kerumah orang tuanya semakin membuat gosip dirinya menyeruak yang membuat ia tambah shock dan larut dalam tangis kesedihan.
Nabipun bingung, di tengah tengah menyeruaknya fitnah terhadap istrinya wahyu dan Ilham dari Allah tidak kunjung datang kepada beliau. Beliau semakin tertekan lalu beliau berdiri menyampaikan khutbah \” Wahai sekalian manusia, bagaimana menurut kalian tentang orang yang menyakitiku dengan cara menyakiti keluargaku, dan mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang dia, juga tentang laki laki itu (Shafwan). Demi Allah yang saya dia adalah pria baik baik dan tidak pernah masuk ke salah satu rumahku kecuali bersamaku\”.
Ucapan Nabi tersebut semakin menambah guncangan lebih lanjut gosip tersebut ditengah tengah kota Madinah. Menanggapi ini masyarakat kota Madinah hampir hampir terpancing perselisihan antara dua suku Aus dan Khazraj. Nabi mencoba meminta pendapat kepada orang orang terdekat dan sahabat sahabat terdekat beliau. Tapi merekapun tidak bisa memberikan solusi apapun. Beliau juga mencari informasi dari budak Siti Aisyah Burairah, dan ternyata yang dikatannya hanyalah pujian kepada majikannya tersebut.
Kemudian beliau mendatangi rumaj orang tua Siti Aisyah, tiba disana beliau mengucapkan kepada Siti Aisyah \” Wahai Aisyah, kau pasti mendengar apa yang telah dikatakan orang orang terhadapmu, jika benar engkau telah melakukannya, bertobatlah kepada Allah\”.
Mendengar kata Rasulullah tersebut Asiyah tersentak dan airmatanyapun tumpah. Tangisnya getir menyayat sembari berucap \” Demi Allah, aku takkan pernah bertobat dari apa yang barusan kau ucapkan, Demi Alla, jika aku mengakui Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak begitu, dan jika aku mengingkari, kau pasti tidak akan percaya. Aku hanya bisa berkata seperti yang dikatakan Nabi Yusuf \” Maka kesabarab yang baik itulah (kesabaranku) dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kamu ciptakan\”.
Baca Juga : 10 Adab dan Tata Cara Membuang Air / Hajat Dalam Islam Yang Baik dan Benar
Belum beranjak Nabi dari tempat beliau berdiri, tiba tiba Jibril turun membawa wahyu. Dan semua yang ada disitu tahu bagaimana perangai Rasulullah ketika dikuasai malaikat, dari kening beliau keluar butiran mutiara. Abu Bakar dan istrinya kawatir kalau wahyu terasebut justru membuka secara terang benderang apa yang dilakukan putri kesayangannya. Tapi Aisyah sama sekali tidak ada kecemasan diraut wajahnya. Ketika malaikat Jibril pergi raut muka Rasulullah menjadi cerah dan berseri seri. Sembari mengusap keringatnya beliau berkata \” Berbahagialah engkau Aisyah, Jibril turun membebaskanmu\”.
Berbinar wajah Abu Bakar dan Istrinya, lega rasanya ketika mendengarkan Rasulullah mengatakan demikian lalu berkata kepada kepada Siti Aisyah, \”Bangun dan berterima kasihlah kepada Rasulullah\”. Dengan mantap dan percaya diri ia menjawab \” Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kecuali kepada Allah \”. Hilanglah dan sirnalah kesedihan yang selama ini.
Nabi keluar lalu membacakan ayat Al Quran yang telah di wahyukannya kepada beliau yaitu :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nuur: 11)
Lalu Nabi memanggil Mistah Ibnu Utsatsah, Hisan Ibnu Tsabit, dan Hamnah Bint Jahsy. Ketiganya dihukum cambuk 80 kali pukulan karena telah menuduh Aisyah berselingkuh. Akhirnya fitnahpun berakhir dan Siti Aisyahpun kembali kerumah Nabi, ke pangkuan cinta Baginda Rasulullaj yang suci. Dengan musibah ini Rasulullah lebih mengenal dan lebih bangga terhadap istrinya ini.
Semoga kisah ini manjadi cucuran hikmah kepada kita semua aamiin. Hendaknya kita tidak menuduh seseorang melakukan perbuatan buruk sebelum memiliki bukti yang kuat terhadapnya. Karena suatu saat kebenaran akan terungkap. Hendaknya kita mencontoh sikap bijaksana Rasulullah dalam menghadapi berbagai persoalan dengan melakukan klarifikasi sebaik baiknya sebelum memutuskan apapun.