Ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang pendidik khususnya orang tua, supaya anak anak didiknya menjadi anak yang sukses dalam segala hal, baik itu urusan duniawi maupun ukhrawi.
Karakter tersebut sangatlah mendasar, dan apabila seorang pendidik memiliki karakter tersebut, maka akan banyak membantunya dalam melakukan segala hal yang berkaitan dengan pendidikannya.
Kita tahu, bahwasanya kesempurnaan itu hanyalah dimiliki oleh para rasul Allah. Namun setiap manusia berhak berusaha sekuat tenaga meniru dan meneladani sifat sifat terpuji yang ada pada rasul dan kekasih Allah. Apalagi didalam hal kependidikan, seorang pendidik harus memiliki sifat dan karakter seperti halnya para nabi khususnya nabi kita Rasulullah SAW. Supaya anak didiknya menjadi anak anak yang sukses dan berakhlak mulia.
8 Karakter Orang Tua Dalam Mendidikan Anak Menurut Rasulullah
1. Bersifat Tenang dan Tidak Terburu-buru
Rasulullah SAW. bersabda kepada Asyaj bin Abdil Qais, \” Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah : Tenang dan tidak terburu-buru \”
Hadits diatas menegaskan, betapa pentingnya sifat tenang dan tidak terburu buru bagi para pendidik dan orang tua dalam membangun akhlak dan budi pekerti generasi masa depan.
Abdullah bin Thahir mengatakan :
Pada suatu hari aku berada di tempat makmun. Dia pun memanggil pelayannya, \” Hei pelayan !\” namun tidak seorang pun pelayannya menjawab panggilannya. Akhirnya dia pun memanggil untuk yang kedua kalinya dengan nada yang lebih keras, \” Hai pelayan !\” Maka, masuklah salah seorang pelayannya yang berasal dari turki dan berkata, \” Tidak bolehkah pelayan makan dan minum ? Kenapa setiap kali kami pergi dari hadapanmu , engkau selalu berteriak teriak memanggil kami.
Kita tidak bisa membuat akhlak kita menjadi buruk hanya karena berharap akhlak pelayan menjadi baik.
2. Lemah Lembut dan Tidak Kasar
Rasulullah SAW. Bersabda, \” Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberi atas kelembutan apa yang tidak Dia beri atas kekasaran dan lainnya. \”
Diriwayatkan juga oleh muslim dari jarir bin Abdillah ra.
\” Aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda, \” Barang siapa yang tidak dikaruniai kelembutan, berarti dia tidak dikaruniai seluruh kebaikan. \”
Dari Abu Hurairah ra. Berkata, bahwasanya kami pernah bersama Rasulullah SAW. Melaksanakn shalat isya. Ketika beliau sujud, Hasan dan Husen naik diatas punggung beliau. Ketika beliau bangkit dari sujud, beliau mengambil keduanya dan meletakkan keduanya dengan lembut. Setelah selesai shalat, beliau meletakkan keduanya disamping kanan kiri beliau. Kemudian aku menghadap beliau dan mengatakan, Wahai Rasulullah, bolehkah aku mengantarkan mereka berdua ke ibunya ? Beliau menjawab, Tidak !
Dari peristiwa diatas, dapat kita ambil hikmah dan pelajaran bagaimana Rasulullah bersifat lemah lembut dan tidak kasar pada anak anak sekalipun dalam keadaan shalat beliau tetap bersifat lembut.
Baca Juga : Stop Mengasuh Anak Ala Remote Control, Begini Cara Yang Benar !
3. Hati Yang Penyayang
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dari ibnu Umar ra.
\” sesungguhnya dalam setiap pohon selalu memiliki buah. Buah hati adalah anak. Sesungguhnya Allah tidak menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi jiwaku yang berada di tangan Nya, tidak akan masuk syurga selain orang yang penyayang. \” Kami katakan, Wahai Rasulullah, setiap kita menyayangi?, Beliau menjawab, \” Bukanlah yang dimaksud dengan kasih sayang adalah seseorang menyayangi temannya. Yang dimaksud dengan kasih sayang adalah menyayangi seluruh umat manusia.
Jadi, berdasarkan hadits diatas dapat kita simpulkan, bahwasanya setiap manusia harus saling menyayangi antara satu dengan lainnya. Jangan sampai ada permusuhan diantara kalian, apalagi saudara kalian yang seislam kalian anggap sebagai musuh kalian. Karena sebenarnya Rasulullah SAW. Menyayangi semua umat manusia baik itu kaum nasrani maupun umat umat yang lainnya.
4. Memilih Yang Termudah Selama Bukan Termasuk Dosa
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwasanya Tidaklah Rasulullah SAW. Menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang termudah diantara keduanya selama bukan termasuk dosa. Dan apabila termasuk dosa maka beliau menjadi orang yang paling menjauhinya. Tidaklah Rasulullah SAW. marah untuk dirinya sendiri dalam masalah apapun kecuali syariat Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena Allah SWT.
5. Bersikap Toleransi
Sikap toleransi merupakan kemampuan untuk memahami orang lain dalam bentuk yang optimal. Bukan dalam pandangan yang sempit, sehingga maknanya bukan kehinaan dan kelemahan. Tetapi, maksudnya adalah memberi kemudahan sebagaimana yang diperbolehkan oleh syariat.
Menjadi orang tua, harus selalu bersikap toleransi terhadap anak anaknya. Dalam artian memberikan mereka kemudahan selama itu tidak melanggar syariat islam.
6. Menjauhkan Diri Dari Marah
Marah sangat sulit sekali dikendalikan oleh setiap orang apalagi jika iman dan pengetahuannya minim dan tipis. Oleh karena itu, perlu kesadaran terhadap orangtua maupun pendidik dalam dunia pendidikan agar bisa menahan diri dari amarah.
Apabila seseorang dapat menahan amarahnya dan sanggup menguasai dirinya, maka itu kebahagiaan baginya dan bagi anak anaknya.
Bahkan dikatakan juga bahwasanya seseorang yang dapat menahan amarahnya, maka itulah kemenangan untuknya.
Rasulullah SAW. Bersabda : Seseorang yang pemberani bukanlah orang yang pandai berkelahi. Orang yang pemberani adalah orang yang mampu menguasai diri ketika marah.
Baca Juga : 5 Cara Agar Anak Rajin Shalat Walau Tanpa Disuruh Sekalipun
7. Seimbang dan Proporsional
Sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Begitu juga dengan sikap Ekstrem. Sikap ekstrem merupakan sifat yang tercela pada urusan apapun. Oleh karena itu, kita dapati Rasulullah SAW. Selalu suka bersikap proporsional dan seimbang dalam urusan agama.
Bahkan disaat shalat sekalipun Rasulullah menganjurkan kepada seluruh umatnya yang menjadi imam untuk memendekkan shalatnya jika ada diantara makmum yang mengikuti shalatnya adalah orang tua, anak kecil dan orang yang sedang memiliki keperluan.
8. Selingan Dalam Memberi Nasihat
Terlau banyak bicara terkadang tidak memberikan hasil apa apa. Sekalipun itu nasihat yang diberikan. Namun sebaliknya, yang sedikit bicara tapi mengena ke hati anak didik yang kita nasihati justru sering kali mengahsilkan sesuatu yang besar atas izin Allah.
Oleh sebab itu, Imam Abu Hanifah ra. Menasihatkan kepada murid muridnya dengan mengatakan \” Janganlah engkau ungkapkan pemahaman agamamu kepada orang yang yidak menginginkannya \”.
Dalam memberikan nasihat kepada anak anak kita dirumah atau anak didik disekolah, hendaknya di selingi dengan apa yang mereka suka. Bisa dengan berbicara datar dan sedikit bercanda tapi nasihat tetap kita sampaikan disaat anak sudah bisa menerimanya. Tidak serta merta menasihati sambil marah marah, yang ada anak malah justru akan memusuhi kita.